Suatu hari di sebuah pedesaan, terjadi peristiwa yang menggemparkan penduduk desa tersebut. Desa itu tiba-tiba diserang penyakit aneh yang membuat mereka tiba-tiba berjoget. Tidak ada yang tahu darimana asal penyakit tersebut. Meskipun begitu, mereka tetap beraktivitas seperti biasa meskipun kadang terganggu dengan penyakit mereka yang waktu kambuhnya tidak terduga.
A: (lagi petik daun teh, tiba-tiba kambuh)“Hah..., capek juga ya kalo kayak gini terus. Kerjaan jadi lama selesainya”
A: (melihat buku di dekat kaki) “Wah, ada buku. Siapa buang buku di kebun teh ya?” (memungut buku) “Emm... ini judulnya... O...bat-obat mu...ja...rab se...ga...la pe...pen...nya...kit, wah keren nih, bawa pulang ah!”
Senang mendapat sebuah buku, A mempercepat pekerjaannya untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, A langsung membaca isi buku tersebut.
A: “Coba kita lihat, kira-kira ada penyakit aneh ini gak ya di buku ini” (membaca dengan seksama)
A: “wah ada! Em ini nama penyakitnya panjang juga Jowagewotewo biawar awasiwik, cara mengobatinya dengan merebus 5 lembar daun Salim, 3 bunga Baugenteng, dan 1 akar Gongseng lalu diminum airnya segelas. Jangan makan dan minum selama 5 jam, dan penyakitnya akan hilang. Jika masih terjadi, ulangi sampai hilang. Kalau kayak gini doang sih, gampang!” (menutup buku) “Tapi, nama tanaman-tanamannya asing di telinga, kira-kira ada dimana ini tanaman adanya dimana ya?”
Disaat A sedang kebingungan, tiba-tiba bel rumah A berbunyi. A pun bergegas untuk membukakan pintu.
A: “Eh si B, ada apa?”
B: “Ini A, aku mau balikin ini, makasih ya” (kasih benda ke A)
A: “Sama-sama”
B: (berjalan pulang)
A: “Eh tunggu dulu!”
B: (balik badan) “Kenapa?”
A: “Kamu tahu tentang macam-macam tanaman, kan? Aku mau tanya sesuatu nih”
B: “Tanya apa?” (kambuh)
A: “Sebentar,” (mengambil buku) “ini aku ketemu buku obat, disini ada cara mengobati penyakit kita. Tapi aku gak tau tanaman-tanamannya ada dimana”
B: (terkejut) “Yang benar?! Coba lihat” (membaca buku) “oh iya, benar! Hmm, hmm”
A: “Gimana?”
B: (menutup buku) “Mudah sih resepnya, tapi bahannya susah sekali didapatnya”
A: “Memangnya tanaman tersebut ada dimana?”
B: “Tanaman-tanaman ini tanaman liar, kalau gak di hutan, adanya di bangunan kosong kayak kastil gitu. Dan sayangnya yang hutan yang terdekat di sini hutan kegelapan yang berbahaya”
A: “Dan bangunan kosong yang terdekat berada di tengah hutan. Yang katanya menyeramkan” (kecewa) “Kalau begitu, kita bakal selamanya seperti ini dong?”
B: “Memangnya kamu mau masuk ke hutan kegelapan itu? Kalau aku sih makasih banyak”
A: “Aku juga gak mau. Memangnya ada yang menjamin kalau kita bisa selamat sampai ke sini lagi?”
(A dan B terdiam)
(tiba-tiba A dan B kambuh)
B: “Aduh, bikin susah orang aja nih penyakit!”
A: “Tau, orang lagi diam saja malah kambuh!”
B: “Yasudah, kalau begitu besok pagi kita pergi ke hutan kegelapan, biar kita ambil tuh tanaman-tanaman”
A: “Betul, besok aku yang bawa karungnya. Aku bawa 10 biar sekalian kita bersihkan kastil kosong di tengah hutan itu. Kamu yang bawa cluritnya”
B:”Oke! Kalau begitu, aku mau pulang dulu ya mau siap-siap. Besok pagi kita ketemuan di depan hutan”
A: “Oke, sampai jumpa besok”
Keesokkan harinya, A dan B sudah berada di depan pintu masuk hutan kegelapan. Mereka sudah berada di sana sebelum subuh, supaya saat pulang nanti mereka tidak terlalu malam.
B: “Sudah siap?”
A: “Sudah dong, nih aku bawa 10 karung di tas”
B: “Okelah, ayo!”
A dan B akhirnya masuk ke dalam hutan kegelapan. Selama di perjalanan mereka tidak melihat satupun tanaman yang mereka cari. Karena merasa kelelahan akibat terlalu lama berjalan, A dan B memutuskan untuk beristirahat di sebuah gubuk kecil terdekat.
A: “Ternyata susah juga ya, temuin tanaman itu. Sudah tengah hari, tanamannya belum ketemu juga”
B: “Dibilangin tuh tanaman langka semua. Malah kaki udah kayak gak bertulang, pegel ini”
A: “Eh itu disana ada gubuk, kita istirahat disana aja” (menunjuk gubuk)
B: “Oh iya, ayo ayo” (mempercepat langkah)
A: (meletakkan tas)(duduk) “Fiuh, pas sepoi-sepoi begini enakkan tuh tidur”
B: (terlentang) “Nah, betul tuh” (memejamkan mata)
C: (muncul dari belakang A dan B) “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”
A & B: (terkejut dan membalikkan badan) “Ahh!! Siapa kamu!!?”
C: “Saya pemilik gubuk ini, gubuk ini adalah bisnis sampingan saya. Anda mau pesan apa? makan? Minum? Pijat? Sauna? Atau penginapan? Semuanya ada di sini”
B: “Sa-saya mau pijat deh”
A: “Saya juga...”
C: “Baiklah, tapi satu-satu ya, soalnya saya gak punya pegawai~”
Setelah C selesai memijat A dan B
B: “Wah makasih banyak pak, badan saya jadi segar lagi” (memutar bahu)
A: (memakai tas) “Saya juga nih pak. Berapa semuanya?”
C: “Terserah anda aja, saya mah ikhlas dikasih berapa aja
(A dan B saling berpandangan)
B: (memberikan 10 koin) “Segini cukup pak?”
C: “Wah terima kasih! Selama 50 tahun saya bekerja, belum pernah ada yang kasih saya sebesar ini. Karena sudah 15 tahun saya tidak dapat pelanggan dan dibayar sebesar ini, maka saya beri anda sedikit hadiah” (memberikan kartu ke A) “Kalau anda-anda berada di waktu yang genting, silahkan gosok kartu itu di telapak tangan 3 kali”
(A dan B memandangi kartu itu)
B: “Pak, saya gak ngerti deh kena—eh, bapaknya kemana?” (kaget)
D: (melihat A & B dan menghampirinya)
A: (celingak-celinguk) “Waduh itu bapak kapan perginya?”
B: (takut) “Jangan-jangan...” (memandang A)
D: (memegang pundak B)
B: (memukul tangan D) “Ahh, terkutuklah kau setan! Lepas! Lepas! Lepaasss!!!”
D: “Woi, woi, tenang, tenang”
A: “Kamu siapa? Temannya bapak tadi? Datang dari mana kamu?”
D: “Saya D, dari desa Paraparaya saya mau ke desa Tetambangan tapi saya sepertinya tersesat. Apa kalian tahu dimana arah ke desa Tetambangan?”
A: “Itu mah desa kami. Tinggal lurus aja tuh ke sana. Setengah hari juga sampai”
D: “Loh, tadi pagi saya sudah sampai sana, kata penjaganya itu bukan desa Tetambangan. Makanya saya balik lagi ke sini. Eh kenapa kalian kayak begitu?” (heran)
(A & B kambuh)
B: “Biasa, kambuh”
A: “Desa kami diserang penyakit aneh, makanya kami pergi ke hutan ini untuk mencari obatnya”
D: “Oh, jadi itu sebabnya penjaga tadi suruh saya balik lagi ke hutan ini. Kasihan sekali, saya bantuin deh, cari obatnya”
B: “Wah, makasih banyak loh!” (jabat tangan D) “Rencananya kita mau ke kastil di tengah hutan. Makin banyak makin bagus”
A dan B kembali melanjutkan perjalanan mereka bersama dengan D. Belum lama mereka berjalan, tiba-tiba A terjatuh karena tersandung sesuatu.
A: (jatuh) “arrghhh!! Lututku” (memeluk lutut kanannya)
B: (menghampiri A) “A, kamu gak apa-apa?”
A: (meringis) “Tadi kayaknya lututku kena sesuatu deh, sakit banget ini” (menggosok lututnya)
D: (mengambil botol di dekat kaki A) “Ini maksudnya?”
A: “Iya kali, ngomong-ngomong itu botol ada isinya?”
D: “Sebentar” (membuka tutup botol) “Enggak ada isi—“
E: “Wahai manusia yang baik hati, terima kasih telah membebaskan saya dari sempitnya botol kumuh”
B: (menunjuk E dengan gemetar) “Ka-kamu t-tu-tuyul?”
E: (berkacak pinggang) “Heh, enak saja kamu panggil saya tuyul, saya itu peri tahu, peri!”
D: “Mana ada peri gembel begini. Peri itu bajunya bagus-bagus tau”
E: “Situ enggak percaya sama saya? Kalian sekarang maunya apa? biar saya kabulin sekarang juga”
B: “Beneran nih?”
E: “Yah bener lah! buruan, kalian sekarang maunya apa?”
A: (mengeluarkan karung) “Kita mau karung-karung ini diisi sama daun-daun Salim, bunga-bunga Baugenteng, dan akar-akar Gongseng!”
E: “Baiklah, wuuzzz, wuuuus, wuuuuur, PERGI!!”
Dengan sekejap, A, B, dan D berada di sebuah ruang makan lengkap dengan makanan yang masih hangat di depan mereka. Namun, mereka tidak menyadari di belakang mereka, pemilik tempat tersebut sedang terheran-heran dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.
D: “Eh kita ada dimana ini? kok banyak makanan?”
B: “Tau deh, tapi ini kayaknya enak. Sikaat broo!!”
A: “Tapi aku kan gak minta begini, gak apa-apa nih?”
F: (memukul meja) “WOI!”
(A, B, & D memandang F kaget)
F: “Kalian in siapa hah? Beraninya ganggu acara makan kami!”
D: “Aduh, a-ampun bang, kita juga gak tau kenapa tiba-tiba kita ada di sini...” (takut)
G: “Terus gembel di sana itu juga rombongan kalian?” (tunjuk E)
E: “Enak aja gembel, saya itu peri tau, PERI!!”
F: “Mana ada peri bajunya kayak gembel begitu?”
E: “Eh, ini namanya fashion ya!”
G: “Kalau kamu peri, coba tunjukkin ke kita”
E: “Asal tahu aja ya, kami semua ada di sini karena dia minta saya anterin ke sini” (tunjuk A)
A: “Enak aja, aku mintanya bukan begitu ya!”
E: “Kamu minta Salim, Baugenteng, sama Gongseng kan? Ini sekeliling kamu apa kalau bukan itu?’ (menunjuk sekeliling) “Ih, ngapain kalian kayak gitu? Aneh banget!”
(A & B kambuh)
B: “Ini penyakit...” (mengepalkan tangan)(geram)
A: “Malu-maluin!”
F: (Terkejut) “Ka-kalian dari desa Tetambangan?! Kenapa kalian ada di sini?”
B: “Kami ingin mengambil beberapa tanaman-tanaman ini untuk membuat obat penyakit aneh kami. Boleh kan?”
G: “Buat apa kami kasih tanaman-tanaman ini ke orang-orang serakah kayak kalian?!”
F: “Asal kalian tau aja ya, gara-gara kalian, peri-peri hutan banyak yang mati karena tidak punya tempat tinggal. Kami ini hanya sebagian kecil yang tersisa...”
D: “Ja-jadi kalian juga peri!?”
E: “WHAT!? Jadi kalian sebangsa sama aku?”
A: “Ma-maaf kan kami jika kami salah, aku benar-benar tidak tahu kenapa peri-peri hutan bisa mati. Tolong maafkan kami, penduduk desa Tetambangan. Dan izinkan kami untuk mengambil bahan-bahan obat penyakit kami”
F: “Tidak akan! Sudah 15 tahun yang lalu kalian menghabisi tempat tinggal kami! Sekarang kalian akan merasakan pembalasannya penduduk desa Tetambangan, terima ini!” (menunjuk A)
(A tiba-tiba kambuh)
(B,D,dan E kaget)
D: “Sumpah! Saya bukan orang Tetambangan, saya orang Paraparaya. Jadi jangan serang saya!”
E: “Sa-saya juga! Saya ini peri, sebangsa sama kalian. Jadi saya juga jangan, mereka berdua aja!” (menunjuk A dan B)
B: “Woi, yang solidlah jadi orang!” (sewot)
E: “Tapi saya kan peri!”
B: “Tapi, kan rupanya sama!”
G: “Sudah! Mau Tetambangan, mau Paraparaya, mau orang, mau peri, semuanya akan kami serang!!” (menyerang D)
D: “Akhh, jangan ke saya!!!” (berlari menghindari serangan G)
F: “Kamu!” (menunjuk E) “Terima ini!”
(E berlari menghindari serangan F dan berlindung di belakang punggung G)
G: “Ngapain kamu! Mau saya mantra hah?!”
F: “G, awass!” (membidik E)
E: (menarik badan G dan menjadikannya tameng)
(G kena serangan)
F: “G!!!”
E: “Wahaha! Rasain, emang enak!”
F: (menggeram) “Kalian semua....” (mengumpulkan kekuatan)
D: “Sepertinya yang ini bakal gawat!”
B: “Kita harus gimana?!”
A: “Aku gak mau kena lagi!’
E: “Tenang! Semuanya kumpul di satu titik!!”
(A, B, D, dan E berkumpul)
D: “Terus?”
E: “Diam dan lihatlah!”
F: “Hiiiaaaattttt!!!!” (melepaskan mantra)
E: “Wuuuuzzzzzz PERGI!!”
(tiba-tiba A, B, D, dan E dibelakang punggung F)
F: “Hah, kemana mereka pergi!?” (celingukan)
B: “Ko-kok kita bisa...”
E: “Iyalah, aku ini peri transportasi! Kekuatanku ini bisa mindahin apa aja sesukaku!”
A,B,D : “Ohhh” (kagum)
G: “Kalian semua! Rasakan combo kami ini!”
F,G : “Hiiiiaaattt!!”
E: “PERGI!”
(tiba-tiba A, B, D, dan E dibelakang punggung F & G)
F: “Hilang!?”
G: “Di belakang!”
(F dan G menyerang lagi)
(tiba-tiba A, B, D, dan E dibelakang punggung F & G)
B: “Masa’ kita kayak gini terus? Kapan abisnya??”
D: “Tau nih, gak ada mantra yang lain? Kamu kan peri”
E: “Yee saya kan peri transport, jadi mantranya cuma itu doang lah!”
A: “Ini peri lama-lama gak berguna juga...”
E: “Apa kamu bilang!?”
F,G: “Hiiiiaatttt!!”
E: “PERGI!! Eh, kok gak bisa? Mantranya udah abis apa?”
A,B,D: “APAAA!!??” (berguling ke samping)
(E kena mantra)
G: “Hahahaha rasakan itu! Peri transport!”
F: “Sekarang giliran kalian!”
D: “Aduh, sekarang kita harus bagaimana? Mundur aja?”
B: “Kita sudah susah payah sampai ke sini, masa’ harus mundur?”
D: “Terus kita harus bagaimana?”
A: (teringat sesuatu) “Oh ya, aku tahu!” (mengeluarkan kartu nama) (Menggosok kartu dengan cepat) “Semoga bisa, semoga bisa, semoga bisa...”
G: “Terima ini kalian semua!!”
F: “Hiiiaaattt!!!”
(Tiba-tiba C muncul di depan F dan G)
C: “HUPLA!”(Menangkis mantra dengan cermin)
G: “Ka-kakek!” (terkejut)
F: “Ke-kenapa kakek ada di sini?”
C: “Kakek sudah curiga sejak 3 bulan yang lalu kalian bilang ingin pergi dari rumah. Ternyata ini yang kalian lakukan!?”
G: “Kakek salah paham! Kami melakukan ini demi teman-teman kita yang sudah mati kek!”
C: “Tapi bukan begini caranya! Dengar, penduduk desa Tetambangan memang sudah membuat kita menderita, tapi setahun yang lalu kita sudah berbaikan dan mereka sepakat untuk melakuakan pembuatan kembali hutan yang sudah mereka hancurkan. Mereka juga sudah tidak nyaman dengan lingkungan mereka yang mulai rusak dan sadar dengan apa yang mereka lakukan selama ini. Jadi berhentilah membuat penduduk Tetambangan menderita dengan mantra konyol kalian itu!”
(F dan G terdiam dan menunduk malu)
F,G: “Ma-maaf kek...” (dengan pelan)
C: (mendekati A,B,D,E) “Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan yang dilakukan cucu saya. Para dewan peri hutan juga dibuat pusing dengan adanya penyakit aneh yang tiba-tiba muncul di desa kalian. Setelah ini, dewan peri akan datang ke desa kalian dan memberikan permohonan maaf secara resmi” (menyalami A,B,D,E satu per satu)
A: “Eh, iya, saya juga gak nyangka kalau bapak ini juga peri”
C: “Nah, karena kita sudah ada di sini. Bagaimana kalau kita buat obatnya sekarang?”
A,B,D,E: “Setuju!”
C: (menatap F dan G dengan tajam) “Kalian berdua! Cepat ke sini dan bantu kami membuat obatnya”
F, G: “Baik kek...” (berjalan dengan lesu)
Akhirnya, desa Tetambanga terbebas dari penyakit aneh mereka. Mereka juga merasa menyesal setelah diberi tahu alasan sebenarnya mengapa mereka mendapat penyakit aneh tersebut dan berjanji pada diri sendiri untuk menjaga lingkungan dan tidak semena-mena menghilangkan hutan hanya untuk mencari pundi-pundi uang. Desa Tetambangan pun hidup bahagia dengan peri-peri hutan yang senantiasa menjaga hutan mereka