Rabu, 12 Juli 2017

Mengubah Jaringan 3G ke 4G/LTE di HP SAMSUNG

Kalian punya hp samsung yang dikotaknya ada tulisan 4G/LTE tapi pas masuk ke pengaturan malah gak ada pilihan 4G/LTE-nya? kalau iya berarti kita sama ;)

Setelah beberapa waktu ubek-ubek di google, akhirnya saya menemukan caranya. Yuk, langsung aja:

1. Tekan tombol telepon



2. Ketik *#0011#


3. Secara otomatis akan muncul tampilan seperti di bawah ini:


jika gak muncul tampilan seperti di atas, coba langsung ke bagian bawah post ini. Mungkin bisa membantu :)

4. Tekan tombol menu yang berada di pojok kanan atas


5. Tekan perintah Back. Setelah itu tekan tombol menu lagi dan tekan perintah Key Input. Masukkan huruf 'Q' (tanpa tanda petik)lalu tekan OK


6. Tekan tombol menu lagi dan tekan perintah Key Input. Masukkan angka '0000' (tanpa tanda petik). Lalu tekan OK


7. Tunggu sekitar 10-20 detik sampai berubah tampilan seperti ini:


8. Tekan perintah [2] UE SETTING & INFO sehingga tampilan berubah seperti ini:


9. Pilih [1] SETTING


10. Pilih [1] PROTOCOL


11. Pilih [2] NAS


12. Pilih [1] NETWORK CONTROL


13. Pilih [4] BAND SELECTION


14. Pilih sim mana yang ingin diubah jaringannya. Kalau hanya punya satu sim, pilih [1] BAND SELECTION SIM 1


15. Pilih [8] Automatic

Setelah itu, tekan tombol menu yang ada di pojok kanan atas. Kemudian tekan perintah END

16. Selamat menikmati 4G :)))


CATATAN:
1. *#0011# adalah kode untuk mengakses service mode. Tetapi tidak bisa diakses oleh pengguna yang memiliki android Marshmallow (soalnya udah diblok sama androidnya :p). Silahkan cari kodenya sendiri yaa :)))
2. Cara di atas BUKAN 4G ONLY. Kalau mau 4G only, setelah milih sim (langkah 14) pilih [4] LTE BAND REFRENCE , kemudian pilih [7] LTE ALL. Bedanya otomatis sama 4G only adalah,kalau otomatis bisa tiba-tiba jadi H+ kalau 4G-nya gak bisa. Sedangkan 4G only, sinyal bakal selalu 4G.
3. Gak usah takut kalau misalnya salah pencet, masih bisa diback kok. Caranya tekan tombol menu yang ada di pojok kanan atas, kemudian pilih perintah Back. Jangan pakai tombol back dari hp ya, nanti malah keluar dari Service Mode, hohoho #pengalaman
4. Saya gak tau hp yang lain seperti apa. Tapi setiap saya matiin hp, kadang-kadang gak bisa 4G. Kalau sudah seperti itu, gunakan cara di atas kembali. (Asal masih di daerah 4G, bakal jalan kok)

Terima kasih telah meluangkan waktunya untuk membaca post saya ini. Semoga bermanfaat untuk kalian semua :DD

Sumber 1
Sumber 2

Rabu, 16 Maret 2016

Naskah drama Agama



Naskah drama

Scene 1

Suasana sekolah yang tenang di pagi hari. Di kelas XI MIA 6  sedang terjadi kegiatan KBM

Ibu Yunita: “Nah, sekarang Veera kamu maju ke depan kerjakan soal nomor 10”
Veera : “Aduh bu, jangan saya dong, yang lain aja,”
Ibu Yunita : “Kamu itu dibilangin baik-baik malah ngelawan! Sudah cepat kerjakan sini” (menyerahkan spidol)
Veera : “Iya bu, maaf.” (menerima spidolnya dan mengerjakannya dengan asal)

Di jalan dekat sekolah Bian sedang berlari tergesa-gesa karena sudah terlambat masuk sekolah.

Bian : (melirik jam tangannya, jam 09.50) “Mampus! Udah jam segini. Loncat pagar aja ah daripada cabut gak ada temannya.”

-Ruang kelas-
Veera: “Udah nih bu”
Ibu Yunita : “Kamu, ngerjain soal kayak gini aja gak bisa, mau jadi apa kamu?” (suara agak tinggi)
Veera : “Ya... kan tadi saya udah bilang bu jangan saya. Ibunya aja tetap maksa.”
Ibu Yunita : “Kamu—“ (marah)
Giana : (tiba-tiba mengangkat tangan) “Biar saya aja bu yang betulkan .”
Ibu Yunita: “Baiklah, silahkan maju ke depan.”
Giana : (maju ke depan dan menuliskan jawabannya)

-Sekolah-
Bian ; (Turun dari pagar samping sekolah dan langsung berlari ke arah kelasnya)

-Ruang kelas-
Giana ; “Ini bu” (menyerahkan spidol ke ibu Yunita)
Ibu Yunita : “Nah, Ini baru benar! Veera, kamu seharusnya contoh Giana, sudah cantik pintar, tidak sombong, suka menjaga kebersihan lagi” (menepuk bahu Giana)
Giana ; “Ah, ibu , bisa aja”.
Veera : (dengan nada malas) “Iya bu.”
Ibu Yunita : “Kembali ke tempat duduk kalian”
Veera & Giana : (kembali duduk di tempat masing-masing)
Ibu Yunita : “Baiklah hari in sampai di sini dulu, sekarang kalian boleh istirahat” (merapikan buku-bukunya)

Bian : (langsung berlari menuju pintu kelas tanpa memperhatikan ibu Yunita masih ada di kelas) (membukan pintu kelas dan kaget setelah melihat ibu Yunita di depannya) “Eh, ibu...,”
(teman sekelas langsung menertawakannya)
Ibu Yunita: (marah) “Darimana saja kamu? Kamu bolos pelajaran ibu ya!?”
Bian: “ Enggak kok bu, saya aja baru datang ini”
Ibu Yunita : “Bohong kamu. Bilang aja kamu bolos karena gak suka pelajaran ibu kan!?”
Bian : “Beneran bu, saya juga telat karena tadi malam saya temenin nenenk saya jualan sampai jam 1 malam”
Ibu Yunita : “Alasana aja kamu. Untung sudah istirahat, kalau tidak, sudah saya hukum kamu!” (berjalan ke luar kelas)
Bian : “Alhamdulillah, rezeki anak sholeh,” (berjalan dengan santai ke tempat duduknya)


Scene 2

Zoe: (melihat Bian dengan heran) “Ngapain lu ke sekolah jam segini? Mending di rumah aja”
Bian : “Y suka-suka gua mau sekolah apa enggak. Kan sayang udah bayar mahal-mahal masa bolos sekolah”
Veera : “Tumben amat lu datang jam segini. Motorlu kemana?”
Bian : “Tadi pas mau berangkat ban gua bocor. Tukang tambal ban dekat rumah gua gak ada. Emang apes banget gua hari ini” (melihat kolong mejanya yang penuh sampah) “Yang mingu kemarin duduk di sini siapa sih? Kotor bange t sampai penuh kolongnya sama sampah”
Veera : “Tau tuh, meja kita juga kolongnya penuh sama sampah semua”
Zoe : “Jadinya tadi pagi kita buangin dulu sampah-sampahnya”
Bian : (mengeluarkan sampah dari kolong meja) “Banyak banget sampahnya. Yang duduk disini minggu kemarin siapa dah? Jorok banget orangnya.” (mengeluarkan kotak bekal) “kotak bekal siapa nih yang ketinggalan”
Shakilla : (mengambil kotak bekalnya) “Ini punya gua, kok ada di meja lu?”
Bian : “Mana gua tau. Gua ketemu di kolong. Kemarin lu duduk di sini ya? Jorok banget sumpah, buangin nih sampah-sampahlu” (menunjuk tumpukan sampah di meja)
Shakillah : “Enak aja, lu kan tau gua selalu duduk di depan. Itu bukan sampah gua. Punya dia kali” (menunjuk Anin yang sedang makan)
Anin : “Enggak, aku kemarin duduknya di tengah”s
Veera : “Tapi tempat bekallu ada di meja ini. Berarti ini meja lu yang kemarin, Cuma ditukar sama anak-anak”
Shakilla : “Ngapain coba meja dituker-tuker. Pokoknya ini bukan meja gua, titik! Susah emang kalau ngomong sama orang dibawah rata-rata” (kembali ke tempat duduknya) “Teman-teman kita ke kantin yuk!”
(Shakilla, Zaky, dan Giana keluar kelas)
Veera : “Ck, ck, ck,cantik-cantik kelakukannya....” (geleng-geleng kepala)
Bian : “Ke kantin yuk, laper nih gua abis lari”
Zoe : “Yuk”
(Bian, Veera, dan Zoe keluar kelas)

Scene 3

Di kantin, Zoe, Bian, dan Veera menyantap makanan mereka dengan lahap.

Bian : “Ini sekolah jorok banget ya, baru istirahat pertama sampahnya banyak banget berserakan di kantin”
Zoe : “Tadi juga di lorong banyak bungkus makanan dari kantin. Padahal tempat sampah masih kosong loh”
Veera : “Itu mah masih dikit Zoe, di selokan dekat lapangan tuh, penuh sama sampah semua. Makanya kalau hujan dikit lapangan langsung banjir”
Bian  : “Caraka di sekolah kita kasihan banget ya, tiap hari harus bersihin satu sekolah terus ngangkut sampahnya ke tempat pembuangan sampah”
Veera : “Emang! Kadang gua suka sebel sama anak-anak yang anggap caraka buat bersihin sampahnya mereka. Padahal kan kebersihan harus dijaga bersama” (mengepalkan tangan kanannya)
(Tiba-tiba Zaky, Giana, dan Shakilla lewat di samping mereka)
Giana : “Lagi latihan pidato ya, Veer?” (tertawa)
Zoe : “Hah, kurang!”
Shakilla : “Apaan sih lu, pengen banget diajak ngobrol ya?” (memandang tidak suka)
Zaky : “Udah, udah. Ayo ke kelas, gua mau makan nih”
(Zaky, Shakilla, dan Giana pergi ke kelas)
Zoe : “Ei, jelas lu semua!”

Scene 4

Zaky, Shakilla dan Giana sudah berada di dalam kelas.

Shakilla : “Sih Veera lagi kenapa deh dia, tiba-tiba ngomong kayak gitu. Sok bersih banget itu anak”
Giana : “Tau tuh, si Zoe juga gak bisa diajak bercanda. Galak banget” (membuang bungkus makanannya ke kolong meja) “Ih, apaan nih” (menunjukkan tanggannya yang terkena serpihan berwarna kuning)
Zaky : “Serbuk kayu kali tuh, kan meja lu ada rayapnya”
Giana : “Idih!!” (cepat-cepat membersihkan serpihan tersebut) “Bau lagi. Killa, temenin gua ke toilet”
(Shakilla dan Giana pergi ke toilet)

Scene 5

Bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid sedang merapikan buku-buku mereka untuk pulang ke rumah.

Bian : “Veera, gua bareng lu dong”
Veera : “Ayo “
Zoe : “Eh, gua duluan yang pesen. Gak bisa, gak bisa”
Bian : “Yah, Zoe, masa gua jalan lagi. Kan capek”
Zoe : “Biarin rumah lu dekat ini, ayo Veera.” (menarik tangan Veera keluar kelas)
Bian : “Nasib, nasib..” (Berjalan keluar kelas)

Scene 6

Keeseokan harinya, kegiatan KBM sedang berlangsung di kelas XI MIA 6. Tetapi, Giana tidak konsentrasi ke pelajaran karena tangannya terasa sangat gatal.

Ibu Yunita: (Sedang menjealaskan pelajaran)
Giana : “Aduh, ini kenapa sih tangan gua?” (menggaruk tangan kanannya)
Shakilla : “Kenapa?”
Giana : “Gatal banget ini, terus panas gitu kayak digigit semut api”
Shakilla : “Alergi kali lu. Tadi pagi lu makan apaan Jia?”
Giana : “Iya kali ya. Istirahat temenin gua ke uks, oke?”
Shakilla : “Sip”

-Bel isitirahat berbunyi-

Ibu Yunita: “Hari ini cukup sekian, jangan lupa tugas dikumpulkan besok. Sekarang kalian boleh istirahat” (berjalan keluar kelas)
Anak-anak : “Makasih bu!”
Giana : “Shakilla, yuk buruan”
Shakilla : “Jia, tanganlu jadi ada bintik-bintiknya!” (menunjukan tangan Giana yang terdapat bintik-bintik berwarna merah)
Giana : “Yaudah ayo buruan! Gua takut kenapa-napa nih”

-Giana dan Shakilla pergi ke ruang UKS-

Giana : (khawatir) “Gimana bu? Bukan penyakit parah kan?”
Dokter : “Ini Cuma alergi doang kok, Jia. Sebentar ya, ibu ambilkan salepnya dulu” (mengambil salep di kotak obat) “Ini diolesinnya tiga kali sehari ya?”
Giana : (menerima obat salepnya) “oke bu, makasih ya!”
Dokter : “Iya.”
Giana dan Shakilla keluar dari UKS

-Di ruang kelas-

Anin, Retha, dan Aubee sedang asik mengobrol sambil memakan makanan mereka. Setelah habis, bungkus makanan mereka dibuang begitu saja di lantai . Bian hampir saja jatuh karena terpeleset bungkus makanan yang dibuang oleh Retha.

Bian : “Retha, sampah lu noh! Gua hampir jatuh gara-gara kepleset sampah  lu”
Retha : “Ya lunya aja jalan gak liat-liat. Udah tau ada sampah, malah diinjak”
Veera : “Eh, Retha, sampah tuh dibuang pada tempatnya. Bukan di lantai”
Retha : “Suka-suka gua dong mau dibuang dimana. Kan yang punya sampah gua”
Anin : “Lagian juga kan nanti dibersihin sama caraka”
Zoe : “Lu gak kasian apa liat caraka tiap hari bersihin sekolah abis itu naik-turun ngangkut tong sampah?”
Aubee : “Lah, kan emang kerjaan caraka itu. Ngapain dikasihani? Nanti kalau mereka makan gaji buta gimana?”
Bian : “Udah, gak usah diperpanjang lagi. Susah emang kalau ngomong sama orang di bawah rata-rata. Ayoo ke kantin” (jalan keluar kelas)
Aubee : “Lu tuh yang dibawa rata-rata!”
Veera : “Bukan, lu!” (menunjuk Aubee)
Zoe : “Udah ayo” (menarik tangan Veera keluar kelas)

Scene 7

Jam pelajaran kelima dimulai. Tetapi Giana tetap tidak bisa konsetrasi ke pelajaran. Lantaran tiba-tiba suhu tubuhnya meningkat. Shakailla merasa sangat khawatir karenanya.

Shakilla : “Jia, lu beneran ga apa-apa? Kita ke uks aja yuk. Badanlu sampai menggigil begini”
Giana : “Gua gak apa-apa kok. Gua kalau alergi pasti abis itu demam”
Zaky : “Yaudah lu pulang aja sekarang. Mau ngapain lu di sini> nanti kalau tambah parah gimana?”
Giana : “Nanti aja, pas istirahat kedua. Gu a masih tahan kok”`
Shakilla : “Kalau udah gak kuat bilang ke kita, oke?”

Tidak lama kemudian, Giana merasa pusing yang luar biasa hebat. Kemudian Giana pingsan disertai kejang-kejang
Shakilla : “Jia!”
Ibu Yunita : “Ada apa? Kenapa dengan Giana?”
Zaky : “Jia pingsan bu! Terus dia kejang-kejang”
Ibu Yunita : “Ayo bawa dia ke uks dulu. Ibu mau telepon rumah sakit”
(beberapa murid membawa Giana ke luar kelas)
Zoe : “Si Giana keracunan kali ya, sampai kejang-kejang begitu”
Veera : “Enggak tau, serem banget”
Bian : “Yah, kita berdoa aja yang terbaik buat dia

Scene 8

Ibu Giana datang ke rumah sakit dan marah dengan pihak sekolah karena menyebabkan anaknya masuk rumah sakit. Dokter uks berusaha untuk mencari tahu penyebab mengapa Giana tiba-tiba kejang

Scene 9

Setalah Giana pingsan, KBM di kelas XI MIA 6 berjalan seperti biasa. Shakilla baru menyadari kalau tangannya terdaat bintik-bintik merah yang gatal seperti Giana. Shakilla langsung histeris. Anin juga ternyata memiliki hal yang serupa. Mengetahui hal tersebut, Ibu Yunita curiga penyebab ada di dalam kelas. Ibu Yunita dan Dokter Uks bekerja sama untuk mencari tahu penyebab. Tanpa diduga, Bian, Zoe, dan Veera mengajukan diri untuk ikut membantu.

Scene 10

Mereka meneliti dari makanan yang dimakan Giana, Shakilla, dan Anin yang dimakan di kantin. Tetapi tidak ada tanda-tanda racun. Kemudian Zaky yang juga sedang berpikir penyebab teman-temannya terkena penyakit aneh, teringat dengan serpihan yang dikiranya serbuk kayu dan memberitahukan hal tersebut kepada Bian. Dokter Uks langsung memeriksa loker di meja Giana dan menemukan sebuah jamur yang ternyata beracun. Dan jamur tersebut ditemukan juga di kolong Shakilla dan Anin.

Scene 11

Setelah diteliti, ternyata jamur tersebut berasal dari sampah yang menunpuk di kolong meja dalam waktu yang lama. Sekolah pun langsung mengintruksikan untuk diadakan kegiatan membersihkan kelas terutama kolong meja murid. Giana, Shakill, dan Anin yang sudah sembuh ikut membantu membersihkan kelas mereka. Dan sejak kejadian itu, murid-murid di sekolah tersebut selalu menjaga kebersihan, dan membuang sampah pada tempatnya. Tidak pada kolong meja mereka.

Senin, 19 Oktober 2015

Naskah Drama



Suatu hari di sebuah pedesaan, terjadi peristiwa yang menggemparkan penduduk desa tersebut. Desa itu tiba-tiba diserang penyakit aneh yang membuat mereka tiba-tiba berjoget. Tidak ada yang tahu darimana asal penyakit tersebut. Meskipun begitu, mereka tetap beraktivitas seperti biasa meskipun kadang terganggu dengan penyakit mereka yang waktu kambuhnya tidak terduga.

A: (lagi petik daun teh, tiba-tiba kambuh)“Hah..., capek juga ya kalo kayak gini terus. Kerjaan jadi lama selesainya”
A: (melihat buku di dekat kaki) “Wah, ada buku. Siapa buang buku di kebun teh ya?” (memungut buku) “Emm... ini judulnya... O...bat-obat mu...ja...rab se...ga...la pe...pen...nya...kit, wah keren nih, bawa pulang ah!”

Senang mendapat sebuah buku, A mempercepat pekerjaannya untuk segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, A langsung membaca isi buku tersebut.

A: “Coba kita lihat, kira-kira ada penyakit aneh ini gak ya di buku ini” (membaca dengan seksama)
A: “wah ada! Em ini nama penyakitnya panjang juga Jowagewotewo biawar awasiwik, cara mengobatinya dengan merebus 5 lembar daun Salim, 3 bunga Baugenteng, dan 1 akar Gongseng lalu diminum airnya segelas. Jangan makan dan minum selama 5 jam, dan penyakitnya akan hilang. Jika masih terjadi, ulangi sampai hilang. Kalau kayak gini doang sih, gampang!” (menutup buku) “Tapi, nama tanaman-tanamannya asing di telinga, kira-kira ada dimana ini tanaman adanya dimana ya?”

Disaat A sedang kebingungan, tiba-tiba bel rumah A berbunyi. A pun bergegas untuk membukakan pintu.

A: “Eh si B, ada apa?”
B: “Ini A, aku mau balikin ini, makasih ya” (kasih benda ke A)
A: “Sama-sama”
B: (berjalan pulang)
A: “Eh tunggu dulu!”
B: (balik badan) “Kenapa?”
A: “Kamu tahu tentang macam-macam tanaman, kan? Aku mau tanya sesuatu nih”
B: “Tanya apa?” (kambuh)
A: “Sebentar,” (mengambil buku) “ini aku ketemu buku obat, disini ada cara mengobati penyakit kita. Tapi aku gak tau tanaman-tanamannya ada dimana”
B: (terkejut) “Yang benar?! Coba lihat” (membaca buku) “oh iya, benar! Hmm, hmm”
A: “Gimana?”
B: (menutup buku) “Mudah sih resepnya, tapi bahannya susah sekali didapatnya”
A: “Memangnya tanaman tersebut ada dimana?”
B: “Tanaman-tanaman ini tanaman liar, kalau gak di hutan, adanya di bangunan kosong kayak kastil gitu. Dan sayangnya yang hutan yang terdekat di sini hutan kegelapan yang berbahaya”
A: “Dan bangunan kosong yang terdekat berada di tengah hutan. Yang katanya menyeramkan” (kecewa) “Kalau begitu, kita bakal selamanya seperti ini dong?”
B: “Memangnya kamu mau masuk ke hutan kegelapan itu? Kalau aku sih makasih banyak”
A: “Aku juga gak mau. Memangnya ada yang menjamin kalau kita bisa selamat sampai ke sini lagi?”
(A dan B terdiam)
(tiba-tiba A dan B kambuh)
B: “Aduh, bikin susah orang aja nih penyakit!”
A: “Tau, orang lagi diam saja malah kambuh!”
B: “Yasudah, kalau begitu besok pagi kita pergi ke hutan kegelapan, biar kita ambil tuh tanaman-tanaman”
A: “Betul, besok aku yang bawa karungnya. Aku bawa 10 biar sekalian kita bersihkan kastil kosong di tengah hutan itu. Kamu yang bawa cluritnya”
B:”Oke! Kalau begitu, aku mau pulang dulu ya mau siap-siap. Besok pagi kita ketemuan di depan hutan”
A: “Oke, sampai jumpa besok”

Keesokkan harinya, A dan B sudah berada di depan pintu masuk hutan kegelapan. Mereka sudah berada di sana sebelum subuh, supaya saat pulang nanti mereka tidak terlalu malam.

B: “Sudah siap?”
A: “Sudah dong, nih aku bawa 10 karung di tas”
B: “Okelah, ayo!”

A dan B akhirnya masuk ke dalam hutan kegelapan. Selama di perjalanan mereka tidak melihat satupun tanaman yang mereka cari. Karena merasa kelelahan akibat terlalu lama berjalan, A dan B memutuskan untuk beristirahat di sebuah gubuk kecil terdekat.

A: “Ternyata susah juga ya, temuin tanaman itu. Sudah tengah hari, tanamannya belum ketemu juga”
B: “Dibilangin tuh tanaman langka semua. Malah kaki udah kayak gak bertulang, pegel ini”
A: “Eh itu disana ada gubuk, kita istirahat disana aja” (menunjuk gubuk)
B: “Oh iya, ayo ayo” (mempercepat langkah)
A: (meletakkan tas)(duduk) “Fiuh, pas sepoi-sepoi begini enakkan tuh tidur”
B: (terlentang) “Nah, betul tuh” (memejamkan mata)
C: (muncul dari belakang A dan B) “Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?”
A & B: (terkejut dan membalikkan badan) “Ahh!! Siapa kamu!!?”
C: “Saya pemilik gubuk ini, gubuk ini adalah bisnis sampingan saya. Anda mau pesan apa? makan? Minum? Pijat? Sauna? Atau penginapan? Semuanya ada di sini”
B: “Sa-saya mau pijat deh”
A: “Saya juga...”
C: “Baiklah, tapi satu-satu ya, soalnya saya gak punya pegawai~”

Setelah C selesai memijat A dan B

B: “Wah makasih banyak pak, badan saya jadi segar lagi” (memutar bahu)
A: (memakai tas) “Saya juga nih pak. Berapa semuanya?”
C: “Terserah anda aja, saya mah ikhlas dikasih berapa aja
(A dan B saling berpandangan)
B: (memberikan 10 koin) “Segini cukup pak?”
C: “Wah terima kasih! Selama 50 tahun saya bekerja, belum pernah ada yang kasih saya sebesar ini. Karena sudah 15 tahun saya tidak dapat pelanggan dan dibayar sebesar ini, maka saya beri anda sedikit hadiah” (memberikan kartu ke A) “Kalau anda-anda berada di waktu yang genting, silahkan gosok kartu itu di telapak tangan 3 kali”
(A dan B memandangi kartu itu)
B: “Pak, saya gak ngerti deh kena—eh, bapaknya kemana?” (kaget)
D: (melihat A & B dan menghampirinya)
A: (celingak-celinguk) “Waduh itu bapak kapan perginya?”
B: (takut) “Jangan-jangan...” (memandang A)
D: (memegang pundak B)
B: (memukul tangan D) “Ahh, terkutuklah kau setan! Lepas! Lepas! Lepaasss!!!”
D: “Woi, woi, tenang, tenang”
A: “Kamu siapa? Temannya bapak tadi? Datang dari mana kamu?”
D: “Saya D, dari desa Paraparaya saya mau ke desa Tetambangan tapi saya sepertinya tersesat. Apa kalian tahu dimana arah ke desa Tetambangan?”
A: “Itu mah desa kami. Tinggal lurus aja tuh ke sana. Setengah hari juga sampai”
D: “Loh, tadi pagi saya sudah sampai sana, kata penjaganya itu bukan desa Tetambangan. Makanya saya balik lagi ke sini. Eh kenapa kalian kayak begitu?” (heran)
(A & B kambuh)
B: “Biasa, kambuh”
A: “Desa kami diserang penyakit aneh, makanya kami pergi ke hutan ini untuk mencari obatnya”
D: “Oh, jadi itu sebabnya penjaga tadi suruh saya balik lagi ke hutan ini. Kasihan sekali, saya bantuin deh, cari obatnya”
B: “Wah, makasih banyak loh!” (jabat tangan D) “Rencananya kita mau ke kastil di tengah hutan. Makin banyak makin bagus”

A dan B kembali melanjutkan perjalanan mereka bersama dengan D. Belum lama mereka berjalan, tiba-tiba A terjatuh karena tersandung sesuatu.

A: (jatuh) “arrghhh!! Lututku” (memeluk lutut kanannya)
B: (menghampiri A) “A, kamu gak apa-apa?”
A: (meringis) “Tadi kayaknya lututku kena sesuatu deh, sakit banget ini” (menggosok lututnya)
D: (mengambil botol di dekat kaki A) “Ini maksudnya?”
A: “Iya kali, ngomong-ngomong itu botol ada isinya?”
D: “Sebentar” (membuka tutup botol) “Enggak ada isi—“
E: “Wahai manusia yang baik hati, terima kasih telah membebaskan saya dari sempitnya botol kumuh”
B: (menunjuk E dengan gemetar) “Ka-kamu t-tu-tuyul?”
E: (berkacak pinggang) “Heh, enak saja kamu panggil saya tuyul, saya itu peri tahu, peri!”
D: “Mana ada peri gembel begini. Peri itu bajunya bagus-bagus tau”
E: “Situ enggak percaya sama saya? Kalian sekarang maunya apa? biar saya kabulin sekarang juga”
B: “Beneran nih?”
E: “Yah bener lah! buruan, kalian sekarang maunya apa?”
A: (mengeluarkan karung) “Kita mau karung-karung ini diisi sama daun-daun Salim, bunga-bunga Baugenteng, dan akar-akar Gongseng!”
E: “Baiklah, wuuzzz, wuuuus, wuuuuur, PERGI!!”

Dengan sekejap, A, B, dan D berada di sebuah ruang makan lengkap dengan makanan yang masih hangat di depan mereka. Namun, mereka tidak menyadari di belakang mereka, pemilik tempat tersebut sedang terheran-heran dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba.

D: “Eh kita ada dimana ini? kok banyak makanan?”
B: “Tau deh, tapi ini kayaknya enak. Sikaat broo!!”
A: “Tapi aku kan gak minta begini, gak apa-apa nih?”
F: (memukul meja) “WOI!”
(A, B, & D memandang F kaget)
F: “Kalian in siapa hah? Beraninya ganggu acara makan kami!”
D: “Aduh, a-ampun bang, kita juga gak tau kenapa tiba-tiba kita ada di sini...” (takut)
G: “Terus gembel di sana itu juga rombongan kalian?” (tunjuk E)
E: “Enak aja gembel, saya itu peri tau, PERI!!”
F: “Mana ada peri bajunya kayak gembel begitu?”
E: “Eh, ini namanya fashion ya!”
G: “Kalau kamu peri, coba tunjukkin ke kita”
E: “Asal tahu aja ya, kami semua ada di sini karena dia minta saya anterin ke sini” (tunjuk A)
A: “Enak aja, aku mintanya bukan begitu ya!”
E: “Kamu minta Salim, Baugenteng, sama Gongseng kan? Ini sekeliling kamu apa kalau bukan itu?’ (menunjuk sekeliling) “Ih, ngapain kalian kayak gitu? Aneh banget!”
(A & B kambuh)
B: “Ini penyakit...” (mengepalkan tangan)(geram)
A: “Malu-maluin!”
F: (Terkejut) “Ka-kalian dari desa Tetambangan?! Kenapa kalian ada di sini?”
B: “Kami ingin mengambil beberapa tanaman-tanaman ini untuk membuat obat penyakit aneh kami. Boleh kan?”
G: “Buat apa kami kasih tanaman-tanaman ini ke orang-orang serakah kayak kalian?!”
F: “Asal kalian tau aja ya, gara-gara kalian, peri-peri hutan banyak yang mati karena tidak punya tempat tinggal. Kami ini hanya sebagian kecil yang tersisa...”
D: “Ja-jadi kalian juga peri!?”
E: “WHAT!? Jadi kalian sebangsa sama aku?”
A: “Ma-maaf kan kami jika kami salah, aku benar-benar tidak tahu kenapa peri-peri hutan bisa mati. Tolong maafkan kami, penduduk desa Tetambangan. Dan izinkan kami untuk mengambil bahan-bahan obat penyakit kami”
F: “Tidak akan! Sudah 15 tahun yang lalu kalian menghabisi tempat tinggal kami! Sekarang kalian akan merasakan pembalasannya penduduk desa Tetambangan, terima ini!” (menunjuk A)
(A tiba-tiba kambuh)
(B,D,dan E kaget)
D: “Sumpah! Saya bukan orang Tetambangan, saya orang Paraparaya. Jadi jangan serang saya!”
E: “Sa-saya juga! Saya ini peri, sebangsa sama kalian. Jadi saya juga jangan, mereka berdua aja!” (menunjuk A dan B)
B: “Woi, yang solidlah jadi orang!” (sewot)
E: “Tapi saya kan peri!”
B: “Tapi, kan rupanya sama!”
G: “Sudah! Mau Tetambangan, mau Paraparaya, mau orang, mau peri, semuanya akan kami serang!!” (menyerang D)
D: “Akhh, jangan ke saya!!!” (berlari menghindari serangan G)
F: “Kamu!” (menunjuk E) “Terima ini!”
(E berlari menghindari serangan F dan berlindung di belakang punggung G)
G: “Ngapain kamu! Mau saya mantra hah?!”
F: “G, awass!” (membidik E)
E: (menarik badan G dan menjadikannya tameng)
(G kena serangan)
F: “G!!!”
E: “Wahaha! Rasain, emang enak!”
F: (menggeram) “Kalian semua....” (mengumpulkan kekuatan)
D: “Sepertinya yang ini bakal gawat!”
B: “Kita harus gimana?!”
A: “Aku gak mau kena lagi!’
E: “Tenang! Semuanya kumpul di satu titik!!”
(A, B, D, dan E berkumpul)
D: “Terus?”
E: “Diam dan lihatlah!”
F: “Hiiiaaaattttt!!!!” (melepaskan mantra)
E: “Wuuuuzzzzzz PERGI!!”
(tiba-tiba  A, B, D, dan E dibelakang punggung F)
F: “Hah, kemana mereka pergi!?” (celingukan)
B: “Ko-kok kita bisa...”
E: “Iyalah, aku ini peri transportasi! Kekuatanku ini bisa mindahin apa aja sesukaku!”
A,B,D : “Ohhh” (kagum)
G: “Kalian semua! Rasakan combo kami ini!”
F,G : “Hiiiiaaattt!!”
E: “PERGI!”
(tiba-tiba  A, B, D, dan E dibelakang punggung F & G)
F: “Hilang!?”
G: “Di belakang!”
(F dan G menyerang lagi)
(tiba-tiba  A, B, D, dan E dibelakang punggung F & G)
B: “Masa’ kita kayak gini terus? Kapan abisnya??”
D: “Tau nih, gak ada mantra yang lain? Kamu kan peri”
E: “Yee saya kan peri transport, jadi mantranya cuma itu doang lah!”
A: “Ini peri lama-lama gak berguna juga...”
E: “Apa kamu bilang!?”
F,G: “Hiiiiaatttt!!”
E: “PERGI!! Eh, kok gak bisa? Mantranya udah abis apa?”
A,B,D: “APAAA!!??” (berguling ke samping)
(E kena mantra)
G: “Hahahaha rasakan itu! Peri transport!”
F: “Sekarang giliran kalian!”
D: “Aduh, sekarang kita harus bagaimana? Mundur aja?”
B: “Kita sudah susah payah sampai ke sini, masa’ harus mundur?”
D: “Terus kita harus bagaimana?”
A: (teringat sesuatu) “Oh ya, aku tahu!” (mengeluarkan kartu nama) (Menggosok kartu dengan cepat) “Semoga bisa, semoga bisa, semoga bisa...”
G: “Terima ini kalian semua!!”
F: “Hiiiaaattt!!!”
(Tiba-tiba C muncul di depan F dan G)
C: “HUPLA!”(Menangkis mantra dengan cermin)
G: “Ka-kakek!” (terkejut)
F: “Ke-kenapa kakek ada di sini?”
C: “Kakek sudah curiga sejak 3 bulan yang lalu kalian bilang ingin pergi dari rumah. Ternyata ini yang kalian lakukan!?”
G: “Kakek salah paham! Kami melakukan ini demi teman-teman kita yang sudah mati kek!”
C: “Tapi bukan begini caranya! Dengar, penduduk desa Tetambangan memang sudah membuat kita menderita, tapi setahun yang lalu kita sudah berbaikan dan mereka sepakat untuk melakuakan pembuatan kembali hutan yang sudah mereka hancurkan. Mereka juga sudah tidak nyaman dengan lingkungan mereka yang mulai rusak dan sadar dengan apa yang mereka lakukan selama ini. Jadi berhentilah membuat penduduk Tetambangan menderita dengan mantra konyol kalian itu!”
(F dan G terdiam dan menunduk malu)
F,G: “Ma-maaf kek...” (dengan pelan)
C: (mendekati A,B,D,E) “Saya benar-benar minta maaf atas kelakuan yang dilakukan cucu saya. Para dewan peri hutan juga dibuat pusing dengan adanya penyakit aneh yang tiba-tiba muncul di desa kalian. Setelah ini, dewan peri akan datang ke desa kalian dan memberikan permohonan maaf secara resmi” (menyalami A,B,D,E satu per satu)
A: “Eh, iya, saya juga gak nyangka kalau bapak ini juga peri”
C: “Nah, karena kita sudah ada di sini. Bagaimana kalau kita buat obatnya sekarang?”
A,B,D,E: “Setuju!”
C: (menatap F dan G dengan tajam) “Kalian berdua! Cepat ke sini dan bantu kami membuat obatnya”
F, G: “Baik kek...” (berjalan dengan lesu)

Akhirnya, desa Tetambanga terbebas dari penyakit aneh mereka. Mereka juga merasa menyesal setelah diberi tahu alasan sebenarnya mengapa mereka mendapat penyakit aneh tersebut dan berjanji pada diri sendiri untuk menjaga lingkungan dan tidak semena-mena menghilangkan hutan hanya untuk mencari pundi-pundi uang. Desa Tetambangan pun hidup bahagia dengan peri-peri hutan yang senantiasa menjaga hutan mereka